Tulisan Dosen Sosiologi Unsoed tentang Masalah Tunjangan

Dosen sosiologi FISIP Unsoed yang sedang mengikuti kuliah doktoral di Universitas Lumiere di Lyon, Prancis, Nanang Martono mengungkapkan pandangan kritisnya tentang masalah tunjangan guru yang tidak pernah tuntas. Mereka bahkan dianggap menjadi sasaran dari proyek baru dari Kemendikbud yaitu PUPNS. Selanjutnya dapat disimak pada: http://www.sinarharapan.co/news/read/150918048/masalah-tunjangan-kapan-selesai

Karya Multimedia Mahasiswa Sosiologi Meraih Nominasi dan Penghargaan di Festival Cipta Damai

Mahasiswa Sosiologi mengikuti pelatihan dan perlombaan yang diselenggarakan oleh Search For Common Ground (SFCG), sebuah LSM internasional yang bergerak di bidang pencegahan dan penanganan konfli.  Selain mengikuti pelatihan mulitimedia, para mahasiswa sosiologi FISIP Unsoed juga mengikuti perlombaan yang digelar dengan tajuk Festival Cipta Damai (Berani Kreatif, Akhiri Kekerasan) yang dilaksanakan tanggal 1-5 September 2015. Ada pula mahasiswa sosiologi FISIP Unsoed yang tidak mengikuti pelatihan, namun mengirimkan karyanya di festival tersebut.  Karya-karya yang mereka hasilkan memiliki kualitas yang diakui sehingga ada yang memenangkan penghargaan, ada pula yang meraih nominasi. Berita selengkapnya dapat dibaca di: http://unsoed.ac.id/id/berita/karya-sinema-mahasiswa-sosiologi-unsoed-berkibar-di-pentas-nasional.

Mahasiswa Sosiologi bertemu dengan Wakil Dubes Amerika Serikat

Santi Setyaningsih (mahasiswa Sosiologi angkatan 2011) mengikuti kegiatan “Briliant And Resilient In Connection With ADA (American With Disability Act) 25th Anniversary” yang bertempat di @America lantai 3 Pacific Place Senayan Jakarta pada hari Rabu 9 September 2015 pukul 6-9 malam.Santi diundang secara langsung oleh Ibu Angkie Yudistia yg merupakan CEO dan founder Thisable Enterprise, sebuah perusahaan yang memfokuskan pada pemberdayaan masyarakat, terutama penyandang disabilitas.Acara ini menceritakan dan membahas mengenai bagaimana perjuangan ibu Angkie utk sampai bisa ke Amerika, negara yg sudah sangat inklusif dibanding indonesia dan perjuangannya untuk bisa membangun dan bangkit dari keterbatasan.

Selain itu dalam acara ini juga dikaji lebih jauh tentang UU Disabilitas yg telah 25 tahun dilegalisasikan di Amerika.Setelah acara berakhir, Santi dan teman-temannya diminta untuk menceritakan perjuangan mereka untuk bisa masuk ke perguruan tinggi negeri.  Santi dan 4 mahasiswa berprestasi lainnya, termasuk anak dari artis Dewi Yull dan Ray Sahetapy, Panji Surya Sahetapy, berbincang dengan Wakil Duta Besar Amerika Serikat.Wakil Dubes AS memberikan penghargaan yang tinggi terhadap Santi dan rekan-rekannya. Dia menyarankan mereka untuk tetap berkembang, pemerintah terkadang belum memperhatikan masalah disabilitas.