Bedah Buku “Sekolah Publik Vs Sekolah Privat” Karya Akademisi Fisip Unsoed

[unsoed.ac.id, Kam, 13/07/17] Mengangkat tema “Dalam wacana kekuasaaan, Demokrasi dan Liberalisasi Pendidikan”, Rabu (12/7) berlangsung acara Bedah Buku yang bertempat di Gedung Auditorium Graha Widyatama Unsoed. Buku yang berjudul “Sekolah publik vs Sekolah Privat” merupakan karya Nanang Martono, Ph.D (Tenaga Pendidik di Jurusan Sosiologi FISIP Unsoed), diterbitkan oleh Yayasan Obor Jakarta serta pada acara bedah buku ini

Ir. Syaiful anwar, M.Si selaku Ketua Mukerda Asosiasi Penerbit Perguruan tinggi atau APPTI Jateng Yogya dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan bedah buku merupakan rangkaian dari Mukerda. “Pemilihan judul buku yang dibedah mengangkat isu pendidikan yang hampir selalu ramai pada momentahun ajaran baru dan perdebatan tentang pemerataan serta kualitas pendidikan”, jelasnya.

Buku “Sekolah publik vs Sekolah Privat” dibedah oleh Drs. Agus Wahyudi, M.Si (Guru dan Aktivis Pendidikan Banyumas). Disampaikan bahwa kualitas sekolah dipandang pada kualitas input yang merujuk pada kualitas siswa yang mendaftar/masuk sebuah sekolah. Selain itu proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah dan kualitas manajemen kepemimpinan yang meliputi kepala sekolah maupun guru yang menjadi indikator.

Nanang Martono, Ph.D dalam karya penulisannya menekankan tentang permasalahan kualitas sekolah bukan Akreditasi yang menggambarkan makna kualitas sekolah dari berbagai sudut pandang. “Dalam pengukuran kualitas sekolah diperlukan pertimbangan persepsi atau pendapat dari aktor-aktor yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi Pemerintah, Kepala Sekolah, Guru, siswa, orang tua, tenaga Administrasi dan masyarakat”, ungkapnya. Buku ini menggambarkan bagaimana mekanisme kompetisi dalam praktik pendidikan nasional serta dampak yang ditimbulkan dari kompetisi tersebut. Selain itu juga menggambarkan bagaimana konsep tentang kualitas sekolah menurut perspektif yang berbeda.

Maju Terus Pantang Mundur Tak Kenal Menyerah!

Bedah Buku Karya Akademisi Fisip UNSOED

[unsoed.ac.id, Rab, 16/11/16] Kekuasaan ada di mana saja dan dapat dimiliki siapa saja. Akibatnya, sekolah sebagai lembaga pendidikan pun tidak dapat terbebas dari belenggu kekuasaan. Inilah salah satu hal yang dibahas dalam bedah buku karya Nanang Martono berjudul “Sosiologi Pendidikan Michel Foucault”.

Buku karya dosen sosiologi pendidikan FISIP Unsoed tersebut dikupas di Aula FISIP Unsoed Rabu (9/11). Hadir sebagai pembahas, Doni Koesoema Dosen Universitas Multimedia Nusantara, sekaligus sebagai pakar pendidikan dan filsafat komunikasi. Bedah buku dihadiri sejumlah mahasiswa FISIP Unsoed, dosen, serta direktur penerbit Rajagrafindo Persada, Magdalena Sofian, yang menerbitkan buku tersebut.

Dalam paparannya, Nanang menjelaskan bahwa pemikiran Foucault sangat penting dalam mempengaruhi serta mengkritisi praktik kekuasaan yang sangat dominan dalam pendidikan. Alumnus program doktor Universite de Lyon 2 Perancis tersebut juga menyatakan bahwa pendidikan melalui sekolah pada akhirnya hanya menjadi tempat bertemunya berbagai kepentingan sebagai wujud bekerjanya kekuasaan yang dimiliki banyak aktor. Penulis buku “Sekolah Bukan Penjara” tersebut mengidentifikasi beberapa aktor yang terlibat dalam praktik kekuasaan atas pendidikan, yaitu: organisasi internasional, negara atau pemerintah, kelompok kapitalis, guru, siswa, orang tua dan masyarakat.

Selain wacana kekuasaan, Nanang menjelaskan perubahan mekanisme “pendisiplinan” yang ada di sekolah. Pada mulanya penegakan disiplin dilakukan melalui hukuman fisik. Kemudian, proses ini berubah menggunakan mekanisme pendisiplinan merupakan proses membentuk individu yang taat pada norma atau aturan. Pendisiplinan dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: pengamatan (pengamatan atas perilaku individu dan masyarakat), standarisasi (pembentukan norma atau aturan baku yang menjadi standar perilaku individu), dan individualisasi (penilaian atas diri individu, apakah ia termasuk dalam kelompok individu yang taat atau menyimpang).

Sementara, Doni Koesoema menjelaskan kaitan praktik kekuasaan dalam proses pendidikan karakter. Alumnus STF Driyakaya dan Universitas Gregoriana, Roma tersebut menjelaskan bahwa sebenarnya praktik pendidikan karakter juga tidak bebas dari kekuasaan kelompok tertentu. Berbagai etika, standar perilaku yang baik atau yang buruk, standar moralitas, semua diciptakan kelompok tertentu dan dipaksakan untuk menjadi standar yang harus dipatuhi oleh semua orang. Doni tidak menampik adanya standar yang bersifat relatif. Ada yang diyakini sebagai perilaku yang baik oleh seorang individu belum tentu juga menjadi standar yang baik untuk orang lain. Baik-buruk bersifat relatif. Bila relativitas tersebut tidak dikendalikan, maka yang terjadi adalah chaos atau kekacauan karena semua individu berusaha memaksakan keyakinan kebenarannya. Untuk itu, individu harus memiliki sebuah pemahaman mengapa perilaku tertentu dipandang sebagai “konsensus” yang ditaati sebagian besar individu. Individu juga perlu menyadari dampak yang ditimbulkan bila segelintir orang berusaha “menerabas” standar relatif tersebut.

Kegiatan diskusi dan bedah buku tersebut diakhiri dengan penandatangan nota kesepahaman kerja sama dalam bidang penerbitan dan percetakan buku, kegiatan kajian akademis, kegiatan pameran buku, penggunaan dan pengadaan buku. Nota kesepahaman atau MoU ditandatangi Direktur PT Rajagrafindo Persada, Magdalena Sofian, dan Dekan FISIP Unsoed, Ali Rokhman. MoU dimaksudkan untuk memfasilitasi akademisi di lingkungan FISIP Unsoed ketika ingin menerbitkan karya ilmiahnya, terutama buku teks dan monograf. Harapannya, dalam beberapa waktu ke depan akan banyak hasil karya dosen FISIP Unsoed yang diterbitkan Rajagrafindo Persada.

Maju Terus Pantang Menyerah !