Karya Multimedia Mahasiswa Sosiologi Meraih Nominasi dan Penghargaan di Festival Cipta Damai

Mahasiswa Sosiologi mengikuti pelatihan dan perlombaan yang diselenggarakan oleh Search For Common Ground (SFCG), sebuah LSM internasional yang bergerak di bidang pencegahan dan penanganan konfli.  Selain mengikuti pelatihan mulitimedia, para mahasiswa sosiologi FISIP Unsoed juga mengikuti perlombaan yang digelar dengan tajuk Festival Cipta Damai (Berani Kreatif, Akhiri Kekerasan) yang dilaksanakan tanggal 1-5 September 2015. Ada pula mahasiswa sosiologi FISIP Unsoed yang tidak mengikuti pelatihan, namun mengirimkan karyanya di festival tersebut.  Karya-karya yang mereka hasilkan memiliki kualitas yang diakui sehingga ada yang memenangkan penghargaan, ada pula yang meraih nominasi. Berita selengkapnya dapat dibaca di: http://unsoed.ac.id/id/berita/karya-sinema-mahasiswa-sosiologi-unsoed-berkibar-di-pentas-nasional.

Aktifis Buruh Migran Menjadi Dosen Berprestasi Tingkat FISIP

[unsoed.ac.id, Rab, 10/9/14] Alumni Sosiologi kembali mengukir prestasi menjadi nomor satu dalam seleksi Dosen Berprestasi tingkat FISIP. Bernama lengkap Tyas Retno Wulan, memperoleh gelar doktor sosiologi di IPB Bogor. Staf Pendidik Jurusan Sosiologi FISIP Unsoed ini memiliki segudang prestasi dan secara akademik telah diakui kepakaran di bidang pemberdayaan buruh migran. Papernya telah banyak mengisi media serta menjadi narasumber baik dalam skala nasional maupun internasional.

Pada gelaran Dosen Berprestasi tingkat Fakultas beliau memaparkan ‘paper’ dengan judul ‘Peran Strategis UNSOED untuk melindungi dan memberdayakan Buruh Migran Indonesia (BMI)’. Berawal dari keprihatinan Bu Tyas melihat kompleksitas persoalan BMI dan keluarganya. Tercatat sekitar 6 juta orang bekerja di luar negeri. Sebagian besar (80%) adalah perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, dan pasti sangat rawan menghadapi berbagai persoalan. Kebaruan dalam penelitian ini berupa remiten sosial yang belum pernah dikaji di Indonesia sekaligus pemberdayaan yang dilakukan peneliti terhadap BMI. Hingga kajian penelitian ini mendapatkan penghargaan dari Ford Foundation melalui Indonesia Scholar Dissertation Award (ISDA).

BMI selama ini hanya dianggap menghasilkan remiten ekonomi. Remiten para pekerja migran internasional adalah sumber pendapatan. Selanjutnya memunculkan kiriman ke daerah asal (Remiten) yang akan dialokasikan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Kajian Bu Tyas menunjukkan bahwa para BMI juga menghasilkan remiten sosial yang terkadang nilainya lebih tinggi dibanding nilai remiten ekonomi. Bentuk remiten sosial berupa pengetahuan, gagasan dan kapital sosial yang terbukti dapat memberdayakan BMI di Banyumas.  Sebagai contoh personil BMI telah fasih berbahasa Mandarin, maka mereka menjadi guru serta mengenalkan budaya mandarin kepada anggota lainnya. Bagi BMI yang ahli memasak ala Chinese food, diharapkan mereka dapat melatih teman-temannya. Ujungnya adalah pemberdayaan pada BMI dan lingkungan dengan memanfaatkan ketrampilan dan kemampuannya.

Peran strategis UNSOED dapat diwujudkan dengan cara mengintegrasikan dan mensinergikan hasil penelitian, pendidikan serta diaplikasikan kepada masyarakat. Untuk itulah Ibu Tyas berusaha semaksimal mungkin melakukan upaya dalam melakukan perlindungan dan pemberdayaan BMI dengan mengintegrasikan hasil penelitian, pengabdian masyarakat dan pendidikan. Model perlindungan dan pemberdayaan semacam ini telah terbukti memberikan motivasi bagi para BMI untuk berkarya sekaligus memberdayakan BMI untuk melindungi hak-hak mereka sebagai warga negara.

FISIP UNSOED, Maju Terus Pantang Menyerah !

Mahasiswa Sosiologi FISIP Unsoed Raih Juara 2 Lomba Debat Bahasa Inggris Tingkat Nasional

Hadiah awal tahun 2014 buat Fisip UNSOED. Adalah Dendi Liya (F1A011032) kini menambah daftar mahasiswa FISIP yang meraih prestasi di tingkat nasional. Jika sebelumnya FISIP sudah diharumkan namanya oleh peserta lomba karya tulis ilmiah dan keikutsertaaanya dalam konferensi tingkat nasional, kini prestasi yang membanggakan datang dari lomba debat bahasa inggris di tingkat nasional. Lomba tersebut adalah IVED “Indonesian Varsity English Debate”.

Untuk tahun 2014 ini, IVED diselenggrakan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga pada tanggal 10-14 Januari 2011. IVED adalah kompetisi debat bahasa inggris yang diselenggarakan rutin tahunan. Disini, perwakilan dari seluruh universitas di Indonesia akan berkompetisi untuk mendapatkan gelar juara. Seleksi tingkat universitas yang ketat, yang kemudian akan menjadi delegasi Unsoed merupakan tahapan yang harus dilalui sebelum berangkat mewakili Unsoed di ajang bergengsi tersebut. Dendi Liya adalah salah satu delegasi yang lolos di tingkat universitas. Selama perlombaan berlangsung, Dendi beserta rekan satu tim nya yang berasal dari fakultas ekonomi dan sains teknik ini, berjuang keras dan mengahadapi persaingan yang ketat untuk mengalahkan beberapa tim yang berasal dari beberepa universitas untuk masuk ke grand final. Berkat perjuangan dan kerja keras akhirnya delegasi Unsoed tersebut mendapatkan kesempatan hingga grand final kategori Novice Team. Di semi final sendiri team unsoed mengalahkan tim yang berasal dari Institut Pertanian Bogor sehingga membawa tim unsoed ini masuk menjadi Grand Final. Di Grand Final Novice Category, tim unsoed bersaing dengan Perguruan Tinggi Teknokrat Lampung dengan mosi “This House Would Support Home Grown Religion (ex; Kejawen, Lia Eden, etc).

Tim Unsoed berpihak sebagai pihak negatif atau oposisi dalam debat tersebut. Perdebatan yang panas ini mengenai mosi yang didebatkan apakah pemerintah seharusnya mendukung agama yang belum diakui tersebut atau tidak. Kedua tim berusaha meyakinkan 9 adjudicator/juri yang berasal dari ITB, UI, dan Universitas Brawijaya bahwa argumen mereka adalah yang paling rasional dan kritis. Hasil dari Grand Final ini ternyata tim unsoed meraih juara 2 yang salah satu delegasinya adalah Dendi, dan juara 1 dimenangkan oleh lawannya yaitu Perguruan Tinggi Teknokrat. “Inilah hasil perjuangan tim saya, meskipun hanya mendapatkan juara 2, tapi semoga mahasiswa FISIP dapat menuangkan sikap kritisnya sebagai mahasiswa ilmu sosial dan ilmu politik di dalam dunia debat, dan semoga tahun depan prestasi FISIP di IVED akan lebih baik lagi” ujar dendi. Selain dendi, Kurniawan Yudhianto (HI 2012) jugamengikuti lomba tersebut sebagai adjudicator/juri.(DL) Maju terus mahasiswa Fisip…Pantang Menyerah…