Berawal Dari Tugas Kuliah, Mahasiswa Magister Sosiologi Unsoed Toreh Prestasi

Mahasiswa Magister Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jendral Soedirman, Wendika Oktaria, toreh prestasi yang membanggakan pada Selasa (03/01/2023). Guru MA Ma’arif NU 1 Cilongok yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa Magister Sosiologi Unsoed ini memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti lomba Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas tahun 2023. Sebelumnya, naskah lomba merupakan tugas UAS Manajemen Konflik dan Perubahan Sosial dari Bapak Masrukin.

Ia mengungkapkan, “Pertama bentuk partisipasi saya sebagai guru dibawah naungan Kementerian Agama, kedua saya yang berstatus sebagai mahasiswa S2 di Jurusan Sosiologi Universitas Jenderal Soedirman berpikiran untuk memanfaatkan salah satu tugas-tugas saya di kampus daripada hanya tersusun rapi di laptop maka saya sertakan menjadi sebuah karya ilmiah sebagai bahan mengikuti tersebut. Ketika kesempatan ini dulu pernah datang namun saya abaikan sehingga di kesempatan kedua ini saya beranikan diri untuk mencoba mengembangkan diri, menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, dan meningkatkan motivasi dan profesionalisme saya sebagai seorang guru.”

Lomba Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas ini diselenggarakan dalam rangka serangkaian acara Hari Amal Bhakti Kementerian Agama yang diperingati setiap tanggal 3 Januari. Lomba guru berprestasi tingkat Madrasah Aliyah diikuti oleh guru-guru dari Madrasah Aliyah Negeri dan Swasta di Kabupaten. Adapun jumlah peserta yang mengikuti yaitu dari 21 Madrasah Aliyah.

“Lomba ini dilaksanakan melalui beberapa tahap yakni yang pertama penilaian portofolio dan Karya Tulis Ilmiah pada tanggal 16-24 Desember 2022. Peserta sebelumnya mengirimkan Portofolio dan Karya Tulis Ilmiah pada pengawas madrasah untuk kemudian dilakukan penilaian tahap awal yakni penilaian administrasi. Hasil perolehan dari tahap ini yakni 6 orang yang memperoleh nilai tertinggi dari setiap kategori (Guru MI, Guru MTs, Guru MA) sebagai nominator babak selanjutnya,” ungkap Wendika Oktaria.

Sementara itu, semi final dilaksanakan pada tanggal 24-27 Desember 2022. Nominator yang berjumlah 6 orang akan diverifikasi oleh tim verifikasi. Hasil verifikasi untuk Guru tingkat MA berjumlah 2 orang yakni 1 guru MA Negeri dan 1 Guru MA Swasta. Untuk serangkaian grand final diselenggarakan pada tanggal 29 Desember 2022 bertempat di Gedung MI Negeri 1 Banyumas. sedangkan, untuk penyerahan penghargaan dilakukan pada saat upacara HAB Kemenag ke 77 di MAN 3 Banyumas.

“Nominator dari semi final yang berjumlah 2 orang mempresentasikan karya tulis ilmiahnya dalam waktu 10 menit kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta yang mempresentasikan karya ilmiahnya pada tahap grand final akan mendapatkan nilai tambah jika menguasai Bahasa Arab dan Bahasa Asing. Hasil grand final untuk tingkat Madrasah Aliyah, juara 1 Undri Mursiyam, S.Pd Guru PNS di MAN 1 Banyumas, juara 2 Wendika Oktariani, S.Pd. Guru MA Ma’arif NU 1 Cilongok,” pungkasnya.

Fenomena Mixue-isasi di Indonesia dalam Perspektif Sosiologi

Akhir-akhir ini, Mixue menjelma sebagai fenomena sosial baru di kalangan masyarakat Indonesia. Gerai es krim yang berasal dari kota Zhenghou, Republik Rakyat China (RRC), ini menjadi perbincangan hangat netizen di media sosial, dibuktikan dengan beredarnya meme dan video review di Instagram dan Tiktok. Produk es krim ini digemari oleh banyak kelompok masyarakat, terutama generasi muda.

Pada mulanya, Mixue didirikan pada tahun 1997 oleh Zhang Hongchao ketika masih menjadi mahasiswa. Berawal dari pinjaman uang dari nenek sebagai modal, ia kemudian mendirikan bisnis yang dengan nama “Cold Stream Shaved Ice“. Perjalanan bisnis yang dirintis oleh Zhang Hongchao ini tidak mudah, ia pernah menutup bisnisnya karena penurunan omset. Namun, karena kegigihannya, ia akhirnya menemukan strategi untuk menaikkan penjualan es krim dengan harga lebih murah daripada kompetitornya.

Hingga hari ini, Mixue tercatat mempunyai gerai sebanyak 21.000 lebih di negara China. Saat ini, perusahaan es krim ini tengah gencar melakukan ekspansi (membuka cabang baru) di berbagai negara di Asia, termasuk di Vietnam dan Indonesia. Bahkan, bukan cuma di kawasan ASEAN semata, Mixue juga merambah negara-negara maju di kawasan Asia Timur seperti Korea Selatan dan Jepang.

Usaha waralaba khas Mixue ini apabila kita tarik ke belakang, mirip dengan fenomena McDonald’s atau McD dan Starbuck yang menjadi tanda pengaruh dari globalisasi yang diciptakan oleh Amerika Serikat atau yang popular disebut Amerikanisasi. Dan mungkin saja, apabila fenomena Mixue ini terus dieksiskan oleh masyarakat, akan mendorong terjadinya Mixue-ization (Mixue-isasi). Lalu bagaimana perspektif Sosiologi tentang munculnya fenomena mixue dan kaitannya dengan perilaku konsumtif masyarakat?

Mengkonsumsi barang dan jasa adalah sebuah aktivitas yang lazim dilakukan oleh individu dan masyarakat. Namun, akhir-akhir ini aktivitas konsumsi bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan primer, tapi juga sebagai sarana untuk mengekspresikan desire (keinginan). Dunia konsumsi hari ini menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru untuk dikonsumsi oleh individu.

Dalam konteks fenomena mixue ini, apabila suatu kelompok masyarakat tengah mengkonsumsi dan memperbincangkan sebuah produk, maka kelompok masyarakat lain juga akan berbondong-bondong mengikuti (mengkonsumsi) barang dan jasa tersebut sehingga menjadi tenar. Salah seorang sosiolog postmodern, Jean P. Baudrillard mengungkapkan bahwa konsumerisme merupakan anak kandung dari kapitalisme yang masuk hingga ke dalam jantung masyarakat.

Di era globalisasi, sikap dan tindakan manusia memang sengaja diarahkan oleh rezim globalisasi (pemilik modal) untuk mendukung, menyukseskan kepentingan-kepentingan kaum pemilik modal (pemilik industri).

Aktivitas konsumsi dianggap sebagai heterogenisasi atau homogenisasi kultur global. Homogenisasi dimaknai sebagai kultur lokal yang telah terkooptasi oleh kultur global maupun sebaliknya. Budaya lokal semakin memperlihatkan eksistensi yang dimilikinya budaya global yang berkembang. perubahan aktivitas konsumsi sering dianggap sebagai sebuah hal yang negatif, bahkan menjadi kambing hitam dalam berbagai hal terlebih terdegradasinya kultur lokal, dan budaya nasional, serta budaya global.

Perilaku konsumsi mengalami pergeseran bukan lagi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, tapi dilakukan berdasarkan dorongan keinginan untuk memperoleh kebahagiaan, mempertahankan eksistensi, mendapat pengakuan dan penghargaan orang lain, dan mengikuti trend yang berkembang dalam masyarakat.

Baudrillard hendak mendekonstruksi dikotomi antara subjek dan objek, dan secara universal, makna tentang kebutuhan. Kita tidak harus membeli (mengkonsumsi) apa yang kita perlukan, tetapi apa yang dilegitimasi oleh simbol atau tanda yang hendaknya kita beli. Bahkan kebutuhan individu sekalipun dipengaruhi dan ditentukan oleh tanda (simbol). Dan realitas yang dilakukan menjadi kesadaran palsu.

Contohnya saat kita membeli Mixue, kita bukan hanya sekadar membeli minuman, tapi juga membeli merek dan citra besar Mixue untuk meningkatkan nilai dan status sosial kita dengan menggunakan objek konsumsi dan menjadikannya sebagai sebuah komoditas (meminjam istilah Marx).

Dalam bukunya yang berjudul “Masyarakat Konsumsi” halaman 32, Jean P. Baudrillard menegaskan bahwa aktivitas konsumsi berlebihan (surplus konsumsi) terhadap barang tambahan yang tidak terlalu penting, karena dengan melakukan tindakan tersebut, individu dan masyarakat dapat mempertahankan eksistensinya.

Menurut teori masyarakat konsumsi Baudrillard, saat ini logika konsumsi masyarakat tidak lagi didasarkan atas exchange value atau use value tapi mengalami pergeseran menjadi symbolic value. Orang bukan lagi mengkonsumsi barang aau objek berdasarkan nilai guna atau nilai tukarnya, tetapi karena nilai simbol/tanda yang melekat, bersifat abstrak dan terkonstruksi. Hal ini dikarenakan beberapa iklan tawaran produk dengan cara menegasikan keperluan konsumen terhadap kelebihan produk, mempengaruhi aspek emosional dan rasa sombong rahasia dalam diri manusia, produk ditawarkan sebagai life style (gaya hidup) dan simbol prestise.

Dari proses tersebut muncul klise dalam diri individu dan masyarakat penggunanya. Dari sini terjadi percampuran antara simulasi dan realitas yang menciptakan hiper realitas dalam masyarakat, yakni sebuah kondisi sosial dimana antara yang nyata dan tidak nyata menjadi satu sehingga menghasilkan ketidakjelasan. Ini yang menyebabkan masyarakat memiliki kemampuan, kesadaran yang rendah untuk mengurai kebutuhan hidup dan menentukan skala prioritas.

Oleh karena itu, penting bagi setiap individu dan masyarakat menumbuhkan kesadaran kritis untuk dapat menentukan skala prioritas, melakukan aktivitas konsumsi sesuai dengan kebutuhannya, dan disesuaikan dengan skala finansial yang lebih bijaksana dan rasional. Bukan berdasarkan atas trend, gaya, simbol, prestis, dan lain sebagainya.

Oleh: Nur Kholis
(Mahasiswa S2 Sosiologi FISIP UNSOED)

Riska Widiyanti, Mahasiswi Pascasarjana Sosiologi Bangun Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual di Kampus Melalui SATGAS PPKS

Mahasiswa menjadi aktor penting dalam upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di kampus, merupakan salah satu alasan Riska Widiyanti mahasiswi pascasarjana sosiologi angkatan 2022 untuk bergabung dalam tim satuan tugas (SATGAS) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) UNSOED. Riska menyebut SATGAS PPKS menjadi salah satu upaya untuk mewujudkan lingkungan kampus yang aman, nyaman dan bebas dari kekerasan seksual.

Hal ini sejalan dengan adanya peraturan menteri pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi (Permendikbudristek) Nomor 30 Tahun 2021 tentang PPKS. Dalam rumusan BAB II Pasal 6 Poin (3) huruf b disebutkan mengenai upaya pencegahan KS oleh perguruan tinggi, salah satunya membentuk satuan tugas. Dalam pembentukan SATGAS PPKS keterlibatan unsur mahasiswa menjadi salah satu aspek penting untuk pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di kampus.

Pada keanggotaan SATGAS PPKS, Riska tergabung menjadi Koordinator Divisi Pencegahan dan pengembangan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE). Riska menyebut ranah pencegahan tidak terlepas dari upaya edukasi baik melalui platform media, maupun edukasi dalam lingkungan kampus secara langsung yang menyasar sebagian besar masyarakat kampus.

Sejauh ini, persoalan mengenai kekerasan seksual yang terjadi dalam lingkup perguruan tinggi sebagian besar korbannya adalah mahasiswa. Contohnya dapat dilihat dari banyaknya kasus kekerasan atau pelecehan seksual yang dilakukan oleh dosen kepada mahasiswa, bahkan terjadi di beberapa kampus yang sempat viral di sepanjang tahun 2022. Menurut Riska, hal ini terjadi dikarenakan posisi mahasiswa sebagai salah satu pihak rentan atas adanya relasi kuasa di kampus baik dengan dosen, tenaga kependidikan atau pun dengan sesama mahasiswa lainnya.

Selain Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021, Riska menyebut regulasi mengenai Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual yang menjadi acuan bagi SATGAS PPKS juga tertuang pada Peraturan Rektor UNSOED Nomor 38 Tahun 2021. Menurutnya, PAREK PAKS tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual yang dilakukan terhadap sivitas akademik, tenaga kependidikan dan warga kampus lainnya. Dengan begitu, diharapkan seluruh warga kampus UNSOED tidak ragu untuk melapor kepada SATGAS PPKS jika menemukan atau mengalami tindak kekerasan seksual.

Upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di kampus ini menurut Riska menjadi tantangan besar yang begitu urgent bagi seluruh masyarakat kampus, juga termasuk bagi mahasiswa untuk melatih daya kritis dan kepekaan sosial, agar mau dan mampu memberikan peran kontribusi dalam mengusut persoalan kekerasan seksual di kampus. Selain Riska Widiyanti (Pascasarjana Sosiologi 2022) terdapat Amalia Nur Ramadhani (Pascasarjana Sosiologi 2021) yang tergabung pula dengan Tim Satgas PPKS UNSOED dalam Divisi yang sama.

Hotline Informasi dan Pengaduan KS, Satgas PPKS UNSOED
WhatsApp: 0813 9383 4411
Instagram: satgasppks.unsoed
Email: satgasppks@unsoed.ac.id

Tingkatkan publikasi mahasiswa, prodi sosiologi gelar workshop tugas akhir

Bertempat di Hotel Luminor, Purwokerto, hari Jumat tanggal 29 Oktober 2021, Jurusan Sosiologi Universitas Jenderal Soedirman menyelenggarakan Workshop Tugas Akhir. Acara ini terselenggara berkat kerja sama Jurusan Sosiologi FISIP Unsoed dengan UIN Prof. KH. Syaifuddin Zuhri Purwokerto dan Irwan Abdullah Foundation.

Workshop ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa untuk menulis artikel ilmiah berbasis penelitian. Dengan memahami teknik penulisan tersebut mahasiswa diharapkan memiliki publikasi ilmiah di jurnal nasional maupun internasional. Jumlah publikasi ini nantinya mendukung capaian salah satu indikator akreditasi program studi.

Workshop tersebut dibagi menjadi dua sesi. Pembicara dalam sesi pertama adalah Dr. Saifuddin Zuhri dari UIN Sunan Kalijaga/IAS Foundation yang menyampaikan materi tentang “Menyusun Laporan Penelitian menjadi Laporan Ilmiah” dengan moderator Drs. Hendri Restuadhi, M.Si. Sedangkan untuk sesi kedua, pembicara adalah Mirna Yusuf, S.Ant. dengan materi “Mengonversi Laporan Penelitian menjadi Artikel Ilmiah”. Moderator pada sesi kedua ini adalah Dr. Sulyana Dadan.

Setelah dua sesi paparan disampaikan, mahasiswa peserta yang berasal dari Jurusan Sosiologi Semester VII dan dari UIN Prof. Dr. Syaufuddin Zuhri juga diwajibkan melakukan konsultasi artikel dengan pembicara dan fasilitator. Hal ini diperlukan karena sesuai dengan tujuan workshop ini adalah mahasiswa dapat mengirimkan draft artikel ilmiah pada jurnal yang dituju.

Setelah seluruh rangkaian workshop selesai, dilakukan penyerahan kenang-kenangan kepada dua pemateri oleh Dr. Tyas Retno Wulan selaku Ketua Jurusan Sosiologi dan Dr. Nanang Martono selaku Koordinator Program Studi S1 Sosiologi. Keduanya memberikan penutup bahwa besar harapan workshop ini tidak akan berhenti pada tingkatan pengiriman draft artikel saja, tetapi sesuai dengan luaran workshop diharapkan tercapai peningkatan kualitas dan kuantitas dalam publikasi mahasiswa.

Rahma Isnania, mahasiswa Sosiologi pertama lulus tanpa skripsi

Di awal 2021 mahasiswa Prodi S1 Sosiologi berhasil membuat sejarah baru. Rahma Isnania mahasiswa S1 Sosiologi angkatan 2017 berhasil menjadi mahasiswa pertama yang lulus tanpa skripsi. Rahma lulus dengan “bermodal” dua artikel ilmiah yang dipublikasikan di jurnal Sinta 2 dan Sinta 4 di bawah pembimbingan dua dosen yaitu Nanang Martono dan Tri Rini Widyastuti.

Dua artikel tersebut menganalisis cerita-cerita anak yang dimuat dalam buku-buku kumpulan cerita anak KKPK (Kecil-kecil Punya Karya) dan salah satu majalah anak, yaitu majalah Bobo. Kedua hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa hampir semua cerita anak yang dimuat dalam buku kumpulan cerita dan majalah Bobo menampilkan kisah-kisah kehidupan anak-anak dari kelas atas. Cerita yang menggambarkan kehidupan anak-anak kelas atas tersebut seperti: cerita tentang keseruan bertamasya, cerita tentang ayahnya yang bekerja di kantor, liburan ke luar negeri, naik mobil, dan lainnya. Sementara, tidak banyak cerita anak yang menjadikan kisah-kisah kehidupan anak-anak kelas bawah sebagai cerita pokoknya.

Selain diterbitkan di dua jurnal ilmiah, hasil penelitian Rahma juga diterbitkan dalam bentuk buku berjudul “Anak Miskin Dilarang Bercerita: Mengungkap Wacana Kekerasan Simbolik, Kekuasaan, dan Dominasi Kelas Sosial dalam Cerita Anak”. Buku tersebut diterbitkan Raja Grafindo Persada.

Keberhasilannya memublikasikan dua artikel tersebut membawa Rahma menjadi mahasiswa lulus tercepat di angkatannya dengan masa studi 3 tahun 5 bulan. Rahma resmi dinyatakan lulus setelah berhasil mempertahankan hasil penelitiannya dalam ujian akhir secara daring di depan dosen penguji Tri Wuryaningsih pada Senin 8 Februari 2021.

Kebijakan penggantian skripsi dengan artikel ilmiah menjadi kebijakan baru yang diimplementasikan Prodi S1 Sosiologi mulai 2020. Mahasiswa yang berhasil memublikasikan hasil penelitiannya di jurnal Sinta 1-6 atau jurnal internasional berhak lulus tanpa skripsi dan berhak mendapatkan nilai A secara otomatis. Kebijakan ini diambil untuk memotivasi mahasiswa menulis artikel ilmiah yang menjadi salah satu indikator penilaian akreditasi program studi.

Selain Rahma Isnania, ada beberapa mahasiswa sosiologi yang berhasil menyelesaikan studi melalui jalur artikel ilmiah, yaitu: Sintia Margani (Sosiologi 2017), Umi Wuryanti (Sosiologi 2017) , Nafa Izah (Sosiologi 2017), Amalia Nur Ramadhani (Sosiologi 2017) , dan Vina Octaviani (Sosiologi 2017) .

Tim Futsal Sosiologi ikuti “Social Cup” di Unpad

17 November 2019 Keluarga besar mahasiswa sosiologi mengirimkan kembali delegasi untuk mengikuti lomba Futsal “ Social Cup” di Universitas Padjadjaran Jatinangor. KBMS mengirimkan 12 orang pemain terbaik dari 3 angkatan yaitu angkatan 2017-2019, 12 pemain ini merupakan hasil penyeleksian dari lomba futsal Sosiologi Kegiatan Seru.

Dalam fase grup Sosiologi Unsoed memenangkan dua pertandingan dan satu kekalahan dengan menduduki posisi runner-up dalam grup sehingga tim Sosiologi Unsoed lolos ke fase penyisihan. Namun dalam fase penyisihan tim Sosiologi Unsoed kalah pada saat melawan Sastra Sunda Unpad.

Perlombaan ini selain mengedepankan aspek kompetitif untuk mendaptkan juara namun terdapat aspek kekeluargaan, memperluas jaringan dan silaturahmi diantara mahasiswa sosiologi se-Jawa. Walaupun tim Sosiologi Unsoed kalah di fase penyisihan tetapi mereka mendapatkan banyak sekali pengalaman dan relasi dari perlombaan ini.

Mahasiswa Sosiologi Dolan Desa

Pada tanggal 11-13 Oktober 2019 KBMS menjalankan Program Kerja KBMS yakni “Dolan Desa” di Dusun Karang Jambe, Desa WatuAgung, Kecamatan Tambak, di Kabupaten Banyumas. Berangkat dari Kampus Fisip Unsoed sekitar berjumlah 27 mahasiswa. yang terdiri dari 17 Panitia dan 10 Peserta Dolan Desa. Mulai pemberangkatan hari Jumat tepatnya pukul 13.00 WIB dengan menggunakan motor dengan estimasi perjalanan 90 menit. Sesampainya di lokasi Dolan Desa, Peserta dan Panitia langsung datang ke rumah Pak Rt yaitu salikun sambil beristirahat sebentar. Setelah beristirahat, panitia melakukan pembagian rumah untuk peserta dolan desa untuk hidup selama 3 hari 2 malam bersama Orangtua (di dolan desa).

Kemudian pada hari kedua Peserta yang tinggal rumah warga pun mengikuti aktivitas warga dari ngalas (pergi ke hutan mencari kayu bakar mapun daun cengkeh kering) sampai aktivitas domestik warga.. setelah mengikuti aktivitas warga, KBMS (panitia dan peserta) melakukan kegiatan sosialisasi tentang pendidikan, taman baca, dan nonton film bareng. Pada kegiatan pertama yang dilakukan pada tanggal 12 Oktober 2019 yakni sosialisasi pendidikan dengan mengundang Nanang Martono (Dosen Sosiologi) sebagai pemateri dan di pandu oleh Mohammad Fikri Pratama (Mahasiswa Sosiologi 2017) sebagai moderator yang dihadiri oleh ibu-ibu dan bapak-bapak Dusun Karang Jambe.
Kemudian kegiatan selanjutnya yaitu Taman Baca dimana terdapat buku-buku berjajar di rak yang dapat dibaca oleh masyarakat disana terutama untuk anak-anak. Di taman baca juga terdapat kegitatan mendongeng bersama anak-anak, dan juga belajar Bahasa Jawa tepatnya bahasa Krama Inggil yang diajarkan Oleh lisnawati (mahasiswa sosiologi 2018) dengan suasanya yang ramai dengan candaan supaya materi yang disampaikan bisa diserap oleh anak-anak Dusun Kareng Jambe. Kegiatan malamnya adalah hiburan yakni dengan menonton bareng film “Laskar Pelangi” yang dihadiri cukup banyak warga dari berbagai kalangan usia yang cukup antusias menonton film tersebut sampai larut malam.


Hari terakhir Dolan Desa KBMS dari pagi ada kegiatan kerja bakti, senam bareng, dan sarah sehan. Tentunya dalam waktu yang bersamaan tiga kegiatan tersebut cukup seru yang diikuti oleh warga dari kerja bakti sepanjang jalan desa, yang dilanjutkan senam yang dipimpin oleh instruktur senam andrian (mahasiswa sosiologi 2017) dan dilanjutkan istirahat dan sarah serah dengan disandingkan makanan-makanan khas tradisional seperti budin, ondol, dan kelepon.
Kemudian di hari terakhir dan kegiatan terakhir yaitu dolanan bareng atau perlombaan tradisional seperti balap kelereng, balap karung, dan joged balon. Lomba tradisional tersebut diikuti dari oleh jenis kalangan umur masyarakat dusun kareng jambe. Perlombaan disini bertujuan untuk hiburan dan saling mengakrbkan KBMS (panitia dan peserta) dengan masayarakat.
Setelah selesai melakukan kegiatan semua, peserta dikumpulkan dan berdiskusi dari hasil pengamatan selama tinggal dusun watu agung, tujuanya bisa melihat kondisi di desa tersebut dan bisa memaparkan dari hasil pengamatan. Diskusi dipandu oleh jenrison (mahasiswa sosiologi 2018) dan diikuti oleh 10 peserta dolan desa. Ouput dari diskusi tersebut adalah essai dimana bisa menjadi informasi desa watu agung terkait bidang sosial, pendidikan, maupun kesehatan.
Kemudian panitia dan beserta berpamitan ke warga desa watu agung dan langsung melakukan perjalanan pulang. Dari pelajaran yang dapat diperoleh dari kegiatan ini adalah mengenalkan realitas kehidupan masyarakat di desa dan belajar tentang kehidupan desa. Bukan hanya “dolan” tetapi banyak kegiatan yang melibatkan dan berbaur dengan masyarakat, tentunya sangat menambah pengalaman dan pengetahuan terutama bagi mahasiswa-mahasiswa yang hidup di daerah kota/maju

KBMS “Getok Tular” di Pendopo Kampus FISIP

Pada tanggal 26 September 2019 pukul 15.30 KBMS menyelenggarakan “Getok Tular” di pendopo FISIP UNSOED dengan berkolaborasi dengan FMN (Front Mahasiswa Nasional) ranting Unsoed. Getok Tular Sendiri adalah kegiatan diskusi sebagai tempat mahasiswa/I mampu mengetahui permasalahan yang ada ditengah-tengah masyarakat saat ini dan diskusi ini sebagai tempat berdialektik mahasiswa/I sosiologi  Judul yang diangkat dalam Getok Tular adalah “Problematika Rasisme dan Agraria di Tanah Papua, dengan Raisan (Mahasiswa Sosiologi 2018) sebagai moderator, kemudian pembiacara pertama yaitu Manunggal KusumaWardaya (Dosen Hukum) dan Yusaq (Mahasiswa Politik 2018) sebagai pembicara kedua. Dalam Getok Tular ini juga dihadiri oleh beberapa UKM, HMJ FISIP UNSOED dan Organisasi Extra Kampus.

 

Kemudian acara di mulai dengan dibuka oleh moderator dan dilanjutkan oleh pemaparan pembicara satu yaitu pak Manunggal dengan memfokuskan pada isu rasial yang masih sering terjadi di Indonesia. Kemudian di sambung pemaparan dari pembiacara kedua yaitu yusaq anak asli dari papua dengan berbagi pengalaman selama hidup disana dan kondisi papua sebenarnya yang tidak ekpose oleh awak media.

Acara yang diahadiri sekitar 30an mahasiswa dari berbagai organisasi mengikuti dengan cukup antusias, kemudian moderator melanjutkan ke sesi selanjutnya yakni Tanya jawab dan ada beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan dan dijawab oleh pembicara dengan pernyataan yang cukup jelas.

Pada akhir penghujung acara moderator menarik kesimpulan bahwa isu rasial sudah ada sejak dahulu kala muncul karena ada perbedaan-perbedaan yang melekat pada manusia dan mengajak mahasiswa untuk saling menghargai satu sama lain terutama pada perbedaan terutama pada orang-orang papua karena kita satu negara dan harus menjunjung toleransi.  Setelah memaparkan kesimpulan kemudian moderator menutup kegiatan Getok Tular pada waktu menjelang maghrib.

Kuliah Tamu Jurusan Sosiologi: Pendidikan Antikorupsi

Program Studi S1 Sosiologi, 16 Mei 2019, mengadakan kuliah tamu dengan dosen luar biasa (LB) Yusuf Kurniadi, S.Sn.,M.M., M.Ikom. dari Universitas Paramadina Bertempat. Acara yang berlangsung di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) ini merupakan bagian dari pembelajaran Mata Kuliah Sosiologi Korupsi dan Pemberdayaan Masyarakat, dengan 2 materi yang berbeda yaitu Pendidikan Antikorupsi dan Pemimpin Milenial Berintegritas, Tantangan dan Peluang Masa Depan.

Yusuf Kurniadi menegasakan bahwa Pendidikan Antikorupsi merupakan aksi preventif pemberantasan korupsi. “Mengusung nilai integritas adalah elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan atas kejujuran. Integritas adalah konsistensi antara tindakan dan nilai. Orang memiliki integritas hidup sejalan dengan nilai-nilai prinsipnya. Kesesuaian antara kata-kata dan perbuatan merupakan hal yang esensial,” kata dia.

Terkait dengan pemimpin milenial berintegritas, ujar Yusuf, harus disiapkan dan mempersiapkan diri sebaik mungkin. “Mahasiswa sebagai agen perubahan harus sadar dan mulai bergerak dan belajar memantapkan diri sebagai calon generasi terbaik pemimpin milenial. Pemimpin adalah orang yang berani dan siap memberikan perubahan yang positif terhadap apapun dalam situasi apapun, konsisten dan beritegritas dalam mencapai tujuan,” ungkap dosen yang memiliki Sertifikat Kompetensi BNSP Penyuluh Antikorupsi Pratama ini.

Ketua Jurusan Sosiologi, Dr. Tyas Retno Wulan, berharap agar pemaparan materi kuliah yang telah berlangsung dapat mengasah pisau analisis mahasiswa dalam membaca permasalahan yang ada di Indonesia secara sosiologis terutama yang terkait dengan Sosiologi Korupsi dan Pemberdayaan Masyarakat.

Dra. Rin Rostikawati, M.Si., salah satu pengampu mata kuliah ini, memberikan apresiasi atas antusias mahasiswa dalam mengikuti kuliah ini. “Semoga kuliah ini dapat dimanfaatkan secara optimal oleh mahasiswa sehingga ada peningkatan kualitas pembelajaran. Selain itu diharapkan dengan kuliah umum ini dapat meningkatkan jejaring kerjasama antar Lembaga,” tandas Rin.

PAMERAN POSKOLONIAL DAN GLOBALISASI: PERJALANAN WAKTU

Bertempat di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman, Program Studi S1 Sosiologi, 29 April 2019 – 1 Mei 2019, mennyelenggarakan Pameran Poskolonial dan Globalisasi: Perjalanan Waktu.

Pameran ini dibuka oleh Hariyadi, Ph.D selaku Pengajar Mata Kuliah Masyarakat Poskolonial dan Mata Kuliah Globalisasi dan Kapitalisme. Hariyadi menyampaikan landasan penting dari pascakolonialitas adalah keterkaitan antara berbagai sistem pengetahuan Barat dalam orientalisme dan terpeliharanya kolonialisme. “Melalui pameran ini, mahasiswa diharapkan mampu menganalisa berbagai fenomena dan pengaruhnya yang terkait dengan globalisasi dan kapitalisme di negara berkembang seperti Indonesia,” kata Hariyadi.

Wakil dari mahasiswa peserta pameran, Arfiah Ramadhanti, dalam kata sambutannya menyampaikan bahwa poskolonialisme sesungguhnya adalah monumen yang merekam bahwa kita sebenarnya tidak pernah lepas dari penderitaan bernama keterjajahan. Selain itu globalisasi adalah bukti bahwa bagaimanapun usaha kita untuk mencirikan diri sebagai entitas baru yang lepas dari kolonialisme, namun kita akan tetap kembali pada satu tatanan yang dibuat oleh orang Barat.

Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa, baik yang mengambil mata kuliah terkait maupun yang tidak. “Beberapa benda yang dipamerkan mampu memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang kronologis adanya benda bersejarah dari dulu sampai saat ini. Benda-benda yang dipamerkan tidak hanya memiliki nilai sejarah dan kronologis tetapi juga nilai penindasan yang tanpa disadari telah membelenggu manusia,” ungkap Kintan Putri Salsabiil, salah satu mahasiswa yang ikut serta dalam kegiatan pameran ini.

Selain diikuti oleh mahasiswa, kegiatan ini juga dihadiri oleh dosen dari Jurusan Sosiologi dan jurusan lainnya yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.